Salah satu tujuan penting tentang keberadaan dan penciptaan manusia adalah bahwa manusia diamanhkan menjadi wakil tuhan dimuka bumi, sebuah amanah yang menuntut kemampuan berpikir dan kebebasan untuk bertindak.
Mandat ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga merupakan tanggung jawab yang diemban setiap insan yang ada. Tanpa dukungan akal sebagai saranganya ilmu serta kemerdekaan sebagai ruang berekspresi, mustahil manusia dapat menciptakan peradaban atau membangun tatanan kehidupan yang ideal.
Secara logis, sejarah membuktikan bahwa kemajuan peradaban tidak lahir semata-mata dari kekuatan fisik atau kekayaan alam, melainkan dari kemampuan manusia untuk berpikir, memilih, dan mencipta.
Akal memberikan kemampuan untuk memahami hukum-hukum alam, sementara kebebasan memungkinkan inovasi muncul dan berkembang. Dua aspek inilah yang menjadi esensi manusia sebagai makhluk berakal. Tanpa keduanya, manusia kehilangan peran fundamentalnya.
Banyak contoh peradaban di berbagai belahan dunia yang mengalami kemunduran atau stagnasi akibat hilangnya akal yang merdeka atau hilangnya ruang kebebasan.
Penjajahan, baik dalam bentuk eksploitasi fisik maupun pengekangan kebebasan berpikir, selalu berujung pada kematian kreativitas dan kemerosotan martabat manusia.
Masyarakat yang akalnya dibelenggu tidak mampu berkembang, dan kelompok yang kebebasannya dirampas tidak dapat menciptakan kehidupan yang produktif. Penjajahan selalu menghasilkan pola yang sama yaitu mematikan potensi kemanusiaan.
Dalam konteks inilah Islam hadir membawa spirit tauhid. Tauhid bukan hanya pengakuan akan keesaan Tuhan, tetapi juga pembebasan manusia dari segala bentuk penghambaan selain Allah SWT.
Prinsip tauhid menegaskan bahwa kemerdekaan hakiki hanya mungkin ketika manusia terlepas dari dominasi sesama makhluk, termasuk dominasi kekuasaan, ideologi, maupun struktur sosial yang mengekang. Dengan hanya tunduk kepada Allah, manusia mendapatkan ruang luas untuk berpikir dan berkreasi secara bertanggung jawab.
Islam memuliakan akal sebagai sarana memahami petunjuk Tuhan dan menjadikan kebebasan sebagai syarat kemanusiaan. Semangat tauhid mendorong manusia untuk membangun, memperbaiki, dan menghadirkan kemaslahatan, bukan hanya menerima keadaan apa adanya. Islam memberi dorongan moral untuk bangkit dari keterbelakangan, serta menolak segala bentuk penindasan yang menghambat peradaban.
Dengan demikian, manusia tidak diciptakan untuk pasif atau tunduk kepada belenggu yang membatasi potensi dirinya. Manusia adalah makhluk yang diberi wewenang untuk mengolah bumi dan menata kehidupan, menggunakan akal dan kebebasannya sebagai amanah yang harus dijaga.
Selama dua hal ini tetap dipelihara, peradaban akan berkembang; namun, ketika akal dipasung dan kebebasan dibatasi, stagnasi menjadi ancaman yang pasti terjadi.
Akhirnya, tugas manusia sebagai wakil Tuhan bukan hanya amanah teologis, tetapi juga komitmen intelektual dan moral. Akal dan kemerdekaan bukan sekadar anugerah, melainkan syarat utama bagi manusia untuk memenuhi perannya sebagai pemakmur bumi.
Di sini Islam memberikan landasan yang kokoh yaitu memerdekakan manusia adalah bagian dari menegakkan tauhid, dan menegakkan tauhid adalah jalan menuju peradaban yang memuliakan martabat manusia.
Oleh: Abdullah Alhayad Arafah
Penulis adalah mahasiswa pascasarjana Ilmu Komputer IPB University.






