“iklan”
iklan

Pemda Muna Dukung Warga Binaan Rutan Kelas IIB Raha Bangun Obyek Wisata Mangrove

Pemda Muna mendukung adanya pembangunan obyek wisata mangrove yang dilakukan oleh warga binaan Rutan Kelas IIB Raha, La Ode Gomberto/Foto:Phoyo/KIATNEWS

KIATNEWS : MUNA – Pemerintah daerah (Pemda) Muna mendukung adanya pembangunan obyek wisata mangrove yang dilakukan oleh warga binaan Rutan Kelas IIB Raha, La Ode Gomberto, yang saat ini sedang menjalani proses asimilasi di PT Mitra Pembanguna Sultra (MPS).

Menurut Bupati Muna, Drs. H. Bachrun dengan adanya obyek wisata mangrove tersebut menjadi salah satu destinasi baru diwilayah pesisir pantai kabupaten Muna. Ekosistem mangrove (bakau) memiliki fungsi fisik, ekologis, dan sosial ekonomi yang sangat penting bagi ekosistem pesisir maupun masyarakat di sekitarnya.

Dengan berkembangnya populasi mangrove memiliki banyak manfaat, baik dari segi lingkungan maupun ekonomi. Olehnya itu, Pemda akan membantu untuk mempermudah adimistrasi perizinannya apalagi tempat tersebut nantinya, akan menjadi laboratorium alam di Bumi Sowite.

Bacaan Lainnya

“Saya harap mangrove ini bukan sekedar tanam, tapi harus dipelihara dengan baik. Mangrove memiliki banyak manfaat salah satunya sebagai pelindung kawasan pesisir. Jika ini berhasil saya harap masyarakat bisa mencintai mangrove,”jelas Bachrun, Jumat 8 Agustus 2025.

Sementara itu, pendamping Yayasan Hutan Biru, (YHB), Anastalia mendukung penuh pengembangan ekowisata berbasis komunitas dan pemberdayaan masyarakat, dengan fokus pada pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Apalagi kabupaten Muna memiliki 21 jenis mangrove dengan luas mencapai 8.117 hektar, sehingga menjadikannya wilayah dengan ekosistem mangrove terluas ketiga.

“Mangrove di kawasan PT MPS saat ini kira-kira berusia sekitar 20 tahun,  dan disini banyak ekosistem, Kami berharap kedepannya kita bisa membuat arboretum yang juga berfungsi sebagai lokasi penelitian. Kami berharap perizinannya cepat diselesaikan,”ucapnya.

Ditempat yang sama, La Ode Gomberto menyampaikan gagasan pengembangan kawasan mangrove sudah dipikirkan dengan matang, sejak masuk industri perusahaan PT MPS pada tahun 2017 lalu dengan gagasan industry dalam taman.

“Dulu saat memasuki kawasan ini banyak asumsi bahwa perusahaan yang bakal berdiri di kawasan hutan bakau bakal merusak lingkungan, nah, mitos ini yang akan kata patahkan karena tidak semua industry itu merusak lingkungan sepanjang dapat dikelola dengan niat yang  baik,”tuturnya.

Kata dia, program asimilasi ini merupakan kerja sosial, bekerja sama dengan PT MPS untuk menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) melalui konservasi mangrove.

“Saya melihat potensi disini, kita dapat mengembangkan obyek wisata dikawasan industri. Insya Allah setelah adanya izin kita bisa menyulap tempat ini sebagai kawasan obyek wisata. Kita hanya butuh waktu tiga bulan,”ucapnya.

“Dan pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Pemda Muna juga kepada masyarakat sekitar karena telah mendukung program ini,”tandasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *