“iklan”
iklan

Muna Smart: Sentral Industri di Sulawesi Tenggara, Perencanaan Landscape Perkotaan One For All Berbasis Integrated Urban Development

A.R Muhammad. Foto: ist.

KIATNEWS : Dalam konteks pembangunan perkotaan modern, istilah land connection memiliki relevansi tinggi yakni strategi integrasi ruang dan lanskap kota secara ekologis, fungsional, dan sosial.

Pendekatan ini diperlukan karena pembangunan perkotaan bukan hanya fisik, melainkan mencakup keterkaitan antara hunian, ruang publik, infrastruktur, jaringan utilitas kota dan koridor hijau agar setiap komponen kota bekerja efisien sesuai kapasitas lingkungan.

Ironisnya, banyak kota di Indonesia justru mengalami kegagalan penataan disebabkan manajemen ruang yang tidak prioritas. Akibatnya manajemen ruang kurang terkordinasi dengan baik, perluasan pembangunan permukiman baru sering mengabaikan mitigasi lingkungan, menimbulkan eksploitasi air tanah, penurunan muka tanah, dan alih fungsi lahan pertanian produktif. Disertai degradasi ruang terbuka hijau, kota kehilangan daya tahan terhadap banjir, polusi, dan bencana ekologis lainnya.

Bacaan Lainnya

Selain itu, aksesibilitas menjadi masalah serius karena distribusi infrastruktur tidak merata. Warga kesulitan menjangkau fasilitas penting seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, dan ruang rekreasi. Padahal kota ideal harus inklusif, mampu melayani seluruh kalangan baik di tingkat mikro maupun makro.

Keterhubungan ruang memang menjadi fondasi perkotaan sehat. Integrasi ruang kota yang tepat bukan hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga mendorong ekonomi lokal, memperkuat modal sosial, dan mengurangi risiko bencana. menunjukkan bahwa kualitas hidup perkotaan sangat bergantung pada kemampuan perencana menghadirkan konektivitas ruang yang adaptif dan berkelanjutan.

Sejarah perkembangan kota pun mencerminkan perubahan paradigma: dari kota agraris, historis, industri, hingga kota modern berkelanjutan. Kini, tantangan baru adalah menciptakan kota ramah yang menghadirkan ruang rekreasi inklusif, penerangan publik memadai, distribusi energi dan air adil, serta lanskap kota yang responsif terhadap kebutuhan manusia.

Strategi penataan lanskap berbasis integrated urban development dapat difokuskan pada beberapa langkah: (1) menghidupkan ekonomi kreatif lewat revitalisasi kawasan lama; (2) memperkuat transportasi aksesibel berdasarkan waktu tempuh; (3) membangun perumahan adaptif terhadap risiko ekologis; (4) mengintegrasikan komponen green blue infrastructure agar berfungsi ekologis, sosial, dan rekreatif. dan (5) skema pembiayaan kota baru dan berkembang yang transparan.

Namun, transformasi ini hanya bisa terwujud jika tata kelola pemerintahan berjalan baik melibatkan kesiapan administratif, tenaga teknis-ekonomi, diplomasi pusat–daerah, ketersediaan lahan, dukungan infrastruktur, serta data perencanaan. Di wilayah Sulawesi Tenggara seperti Muna dan sekitarnya skema keterpaduan lintas sektor dan visi keadilan spasial sangat dibutuhkan.

Dalam kerangka ini, Kota Muna berpeluang menjadi kota sentral industri berbasis land connection, mendorong konsep industri cerdas (smart industry) yang tidak hanya produktif tetapi juga meningkatkan kesejahteraan sosial. Potensi lokal untuk dikembangkan meliputi pertanian, perikanan, kehutanan, hingga pertambangan ringan. Infrastruktur yang perlu dibangun mencakup jalan, pelabuhan, energi terbarukan, dan konektivitas digital, serta pengembangan SDM melalui pelatihan vokasi. Yang tak kalah penting, sentralitas kota perlu dibangun dengan identitas lokal yang mengakar melalui integrasi kearifan budaya dalam citra kota.

Data PDRB menunjukkan sektor unggulan di Sulawesi Tenggara ditempati oleh industri pengolahan, yang tumbuh pesat sebesar 12,98% pada 2024, sekaligus memegang pertumbuhan tertinggi secara triwulan. Hal ini menandai adanya potensi besar untuk hilirisasi produk lokal berbasis industri kreatif dan pengolahan pangan atau hasil laut. Sektor utama lain yang menopang adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan, menyumbang 23,48% terhadap PDRB Sultra 2024.

Upaya ini perlu dipadukan dengan “D”iplomasi kewilayahan misalnya, utara sebagai pemasok perikanan dan rumput laut; Selatan sebagai basis ekowisata dan pertanian; Kota sebagai pusat logistik dan akses pasar; Barat sebagai kawasan pertanian/perkebunan; Selatan sebagai penyedia pangan; dan Muna sebagai simpul hilirisasi hasil-lokal. Kelembagaan wilayah seperti forum koordinasi industri antar-kabupaten menjadi kunci untuk pembangunan yang inklusif dan terhubung secara merata.

Pembangunan secara tahapan sangat penting dan perlu untuk dilaksanakan percepatan. Langkah strategis terdiri atas kajian jangka pendek berupa penilaian potensi dan perencanaan, jangka menengah berupa operasionalisasi kawasan industri dan SDM, dan jangka panjang Konsep Muna sebagai Industrial Smart City.

Transformasi ini tidak hanya menghadirkan kota industri, tetapi kota berlandskap berkelanjutan dengan landscape corridor, green infrastructure, ruang publik yang hidup. Keseimbangan ruang ekonomi, pendidikan, ekologis, sosial menjadi fondasi nyata bagi Kab.Muna dalam membangun konsep kotanya dan yang

tak kalah penting diperlukan upaya memperkuat jejaring regional dan gerakan aksi rebranding kota dengan melibatkan peran pemuda sebagai penggerak kepemimpinan regional dan nasional pada 2025 dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

 

 

 

 


oleh: A.R. Muhammad
penulis adalah dosen, junior arsitektur & landscape

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *