KIATNEWS : KENDARI – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menyebut pertumbuhan industri jasa keuangan di bumi anoa semakin baik.
Hal itu disampaikan Kepala OJK Sultra, Arjaya Dwi Raya saat membuka kegiatan Bincang Jasa Keuangan (BIJAK) bersama insan pers bertajuk “Pertumbuhan Industri Jasa Keuangan, Fenomena Investasi Bodong dan Pinjaman Online” di Gedung Learning OJK Sultra, Kamis 30 Maret 2023.
“Memasuki 2023 ini pertumbuhan keuangan di Sultra semakin baik, itu bisa dilihat pertumbuhan aset perbankan meningkat diangka 10,68 persen hingga Februari ini,” ujarnya.
Arjaya Dwi Raya menjelaskan, bahwa BIJAK tersebut merupakan agenda yang digelar secara periodik, dilakukan untuk diseminasi informasi terkait perkembangan sektor jasa keuangan khususnya di Sultra dan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan OJK untuk meningkatkan kinerja OJK dan mendorong pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi serta perlindungan konsumen dari penawaran investasi illegal.
“Hal ini diharapkan dapat menjadi pintu informasi kepada masyarakat melalui media pemberitaan, agar literasi masyarakat semakin meningkat sehingga mampu memahami manfaat dan risiko yang melekat dalam produk jasa keuangan dan terhindar dari penawaran investasi illegal,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Pengawasan Bank 1 OJK Sultra, Shintia Wijayanti Putri dalam pemaparannya menyampaikan informasi perkembangan Industri Jasa Keuangan sampai dengan Februari 2023 dengan jumlah jaringan kantor Industri Perbankan sebanyak 1.076. Dengan rincian jumlah bank umum sebanyak 40 dengan jaringan kantor sebanyak 1.050, dan Kantor Pusat BPR sebanyak 16 dengan jumlah jaringan kantor sebanyak 26 mengalami pertumbuhan yang cukup positif.
“Secara umum aset perbankan di Sultra posisi Februari 2023 tumbuh 10,68 persen (yoy) menjadi sebesar 44,55 T, dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,04 persen (yoy) menjadi sebesar 32,20 T, disertai indikator fungsi intermediasi (LDR) yang tinggi 110,65 persen dengan risiko kredit (NPL) yang tetap terjaga sebesar 1,83%,” terangnya.
Menurut Shintia, kredit perbankan di Sultra didominasi oleh penyaluran kredit kepada sektor pemilikan peralatan rumah tangga lainnya termasuk pinjaman multiguna yaitu sebesar 40,16 persen, kemudian sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 18,84 persen, dan sektor untuk pemilikan rumah tinggal 10,94 persen.
Sehingga dari sisi pertumbuhan year on year, sektor pertambangan dan penggalian bertumbuh paling signifikan yaitu 24,78 persen, kemudian disusul pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 20,93 persen, kemudian untuk pemilikan rumah tinggal sebesar 18,81 persen serta untuk perdagangan besar dan eceran, juga untuk pemilikan peralatan rumah tangga lainnya masing-masing sebesar 7,67 persen dan 5,62 persen dari sisi penyaluran kredit kepada kredit UMKM mengalami pertumbuhan sebesar 12,51 persen dengan rasio NPL di posisi 3,53 persen.
Pangsa kredit UMKM mencapai 33,60 persen dari total penyaluran kredit sebesar Rp35,54 Triliun. Bila dilihat dari kategori UMKM, pertumbuhan kredit UMKM secara yoy didominasi oleh kredit mikro 51,99 persen, kecil dan menengah yang masing-masing terkoreksi -13,24 persen, dan – 13,06 persen.
“Sampai dengan Februari 2023, perbankan dan perusahaan pembiayaan di Sultra telah melakukan proses restrukturisasi kepada 70.633 debitur dengan baki debet sebesar Rp 4,40 Triliun. Adapun share debitur UMKM terhadap total realisasi restrukturisasi di Sultra sebesar 94,42 persen atau 18.459 debitur dari total debitur sebanyak 19.015,” paparnya.