Kementerian Investasi Gelar Rakorda Kajian Hilirisasi Investasi Strategis di Sulawesi Tenggara

KIATNEWS : KENDARI – Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan investasi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Khususnya di sektor mineral.

Ini ditandai dengan digelarnya kegiatan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Kajian Hilirisasi Investasi Strategis Sektor Mineral dan Batu Bara Tahun Anggaran 2024, yang dipusatkan di salah satu hotel di Kota Kendari, Jumat 28 Juni 2024.

Rakorda ini dibuka Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sultra, Andi Azis mewakili Sekda Provinsi Sultra, Asrun Lio.

Bacaan Lainnya

“Manfaat kekayaan alam Sulawesi Tenggara harus dikelola secara baik dan berkesinambungan,” ujar Andi Azis

Hadir dalam Rakorda tersebut Joni Fajar selalu PLH Kepala Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sultra, DPMPTSP Kabupaten/Kota, Dinas Sosial Provinsi Sultra, Dinas Kesehatan, Dinas PUPR, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Sultra, Kantor Wilayah ATR/BPN Provinsi Sultra, Kantor Bappeda Provinsi Sultra.

Kemudian hadir pula pihak perusahaan, seperti PT Dua Tiga Sejahtera, PT Wijaya Karya Bitumen, PT Obsidian Stainless Steel (OSS), PT Virtue Dregon Nickel Industry (VDNI). Lalu ada hadir juga Bank Indonesia Perwakilan Sultra, Asosiasi Pengembang Aspal Buton Indonesia (ASPABI), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sultra dan BPD Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Provinsi Sultra.

Menurut Andi Azis, hilirisasi memerlukan proses peningkatan nilai tambah yang dihasilkan sektor tambang melalui pengolahan, pemurnian dan pengembangan produksi turunannya.

Rapat Koordinasi Daerah investasi hilirisasi di sektor Minerba Provinsi Sulawesi Tenggara. Foto : ist.

Hilirisasi merupakan salah satu strategi utama pada rencana pembanguan jangka panjang nasional untuk mencapai visi Indonesia Emas pada tahun 2045.

Untuk di Sultra, perusahaan smelter atau pemurnian biji nikel yang sudah beroperasi adalah PT OSS dan PT VDNI di Morosi, Kabupaten Konawe. Kemudian PT Antam Tbk UBPN Pomalaa di Pomalaa, Kabupaten Kolaka.

Untuk ekstraksi aspal, menurut Andi Azis, ada PT Kartika Prima Abadi dan PT Wijaya Karya Bitumen.

Sebelumnya, Ahmad Heri Firdaus peneliti Center of Industry, Trade, and Investmen INDEF memaparkan bahwa kegiatan Rakorda ini digelar di Provinsi Sultra untuk mengindentifikasi permasalahan, menganalisis aspek finansial, legal teknis dan mengindentifikasi faktor-faktor yang dapat mempercepat dan memperlambat realisasi investasi dalam peta jalan Hilirisasi Investasi Strategis (HIS) pada aspek finansial, legal dan teknis.

” Tujuannya untuk mempertajam akselerasi, mempertajam kajian optimalisasi dan mempertajam kajian dampak,” ujar Ahmad Heri.

Sedangkan target output, adalah terkumpulnya data dan informasi, serta masukan dari pemerintah daerah, pelaku usaha, asosiasi dan para ahli/akademisi dalam rangka pelaksanaan kegiatan HIS tahun 2024.

Sementara itu, Joni Fajar yang juga menjabat sebagai Sekretaris DPMPTSP Sultra, menjelaskan tentang enam potensi unggulan kekayaan sumber daya alam Sultra yang dimiliki.

Enam potensi unggulan tersebut adalah pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan pariwisata.

“Sesuai arahan Bapak Presiden terkait target investasi secara nasional Rp 1.650 Triliun, Sultra diberi target sebesar Rp 25,62 Triliun tahun 2024,” jelas Joni Fajar.

Dengan target tersebut, maka DPMPTSP Sultra selalu berkoordinasi dengan DPMPTSP kabupaten/kota se-Sultra.

“Kita ingin tahu apa permasalahan yang dihadapi para investor di lapangan. Mereka diberi fasilitas melalui Program Strategis Nasional atau PSN, tapi mengapa masih ada yang baru sebatas bangun kantor,” bebernya. (Adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *