Sulawesi Tenggara Ditargetkan Jadi Pusat Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

Grand design pembangunan kawasan industri di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Foto : ist.

 

KIATNEWS : KENDARI – Melalui program hilirisasi nikel yang digaungkan pemerintah pusat, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ditargetkan menjadi salah satu ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) pada 2024-2025 mendatang.

Target tersebut sejalan dengan besarnya potensi di sektor pertambangan, sehingga dengan hilirisasi nikel melalui penggunaan energi baru terbarukan sebagai sumber daya, maka Sulawesi Tenggara dapat menjadi pusat ekosistem baterai kendaraan listrik.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM RI), Bahlil Lahadalia mengatakan, bahwa Sulawesi Tenggara akan menjadi salah satu bagian hilirisasi untuk membangun ekosistem EV battery pada 2024-2024 mendatang.

Lebih lanjut, Bahlil Lahadalia menjelaskan, meski Sulawesi Tenggara kaya akan sumber daya alam berupa nikel dan aspal, namun hilirisasi nikel di Bumi Anoa belum semasif di daerah lain.

“Harus diakui, bahwa hilirisasi di Sulawesi Tenggara ini memang tidak semasif daerah lain, baru sampai setengah jadi. Kedepan kita ingin membangun nilai tambahnya sampai 70-80 persen. Agar nilai tambah ada di daerah ini, dan itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan dengan gaji yang cukup memadai,” jelas Bahlil Lahadalia.

Untuk diketahui, di Sulawesi Tenggara sudah digagas pendukung industri baterai melalui. Program Strategis Nasional (PSN) di Kabupaten Konawe, yakni Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM RI), Bahlil Lahadalia. Foto : ist.

Sementara itu, Plh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sultra, Joni Fajar menyampaikan, Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang kaya akan sumber daya alam yang memiliki enam potensi unggulan, diantaranya pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan pariwisata.

Terkait hilirisasi sektor Minerba, jelas Joni Fajar, beberapa langkah yang diambil Pemprov Sultra yakni mendorong pembangunan smelter untuk mengolah bijih nikel, tembaga, bauksit, dan mineral lainnya menjadi produk setengah jadi atau produk jadi.

“Misalnya, bijih nikel diolah menjadi feronikel atau nikel matte yang digunakan dalam industri baja dan baterai,” kata Joni Fajar.

Diketahui, nikel sekarang lebih dikenal sebagai komponen utama dalam pembuatan baterai isi ulang yang digunakan pada handphone, mobil listrik dan bahkan juga dapat digunakan sebagai power bank raksasa.

Nikel menjadi pilihan karena kemampuan akan penyimpanan yang lebih besar (storage capacity) dan kepadatan energi yang lebih tinggi (energy density) namun dengan ongkos lebih murah.

Sumber daya dan cadangan nikel Indonesia paling banyak tercatat berada di Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan sumber daya logam nikel sebanyak 140,3 juta ton, serta cadangan logam nikel sebanyak 49,26 juta ton. (Adv)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *