KIATNEWS : WAWONI – Ketua Laskar Merah Putih (LMP) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Rahmat Taslim menghimbau semua pihak agar tidak terhasut dan terprovokasi terkait aksi demo warga di lokasi perusahan tambang PT. Gema Kreasi Perdana (GKP), Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep).
Pasalnya, aksi yang dilakukan pada sekolompok warga pada 9 Maret 2023 di lokasi PT. GKP diindikasi telah ditunggangi oknum yang berkepentingan tertentu. Sehingga pihaknya menyayangkan tindakan provokasi warga tersebut adalah tindakan mengadu-domba sesama warga yang bisa berakibat terjadinya konflik.
“Yang harus kita hindari dan kita cegah bersama, jelas bila dibiarkan bisa merugikan semua pihak, yang sengaja memanfaatkan situasi pasca putusan PTUN untuk kepentingan kelompok atau pribadi dengan cara mengadu domba sesama warga yang semuanya masih bersaudara,” ungkapnya, Jumat (10/3/2023).
Rahmat Taslim menjelaskan, kejadian tersebut adalah upaya sengaja untuk membuat situasi agar tidak kondusif di wilayah Pulau Wawonii. Marak seruan provokasi yang beredar di media sosial (Medsos), mengaitkan video demo warga dengan cuitan perlawanan warga terhadap tambang PT. GKP. Situasi kejadian yang diviralkan dalam video tersebut (tanggal 9 Maret 2023), hasil investigasi pihaknya di lapangan ternyata sengaja direncanakan dan dibuat agar framing.
“Seolah-olah terjadi konflik yang luar biasa di Pulau Wawonii. Yang padahal kejadian tersebut hanya kesalahpahaman, di saat Humas PT. GKP yang bernama Dani Khaimudin yang menanyakan maksud kedatangan sekelompok orang tersebut di lokasi tambang PT. GKP dengan tidak memiliki surat ijin demo,” jelasnya.
Masih perkataannya, bahkan ada beberapa diantaranya membawa senjata tajam. Sehingga Dani disambut dengan dorongan dan juga ancaman dengan mengayunkan senjata tajam kearahnya yang membuat suasana menjadi gaduh.
“Kegaduhan inilah yang akhirnya diframing oleh kelompok orang tersebut, seolah-olah terjadi bentrokan di area tambang yang kemudian diviralkan, padahal bukan bentrokan yang terjadi, tetapi karyawan PT. GKP yang menjadi korban. Beruntungnya hal ini bisa diselesaikan dengan cepat tanpa adanya kekerasan dan arogansi dari karyawan PT. GKP yang berada di lokasi tersebut,” tambah Taslim.
Terkait hal itu, Taslim meminta seluruh pihak untuk tidak ikut-ikutan memanaskan situasi soal kejadian di PT. GKP. Pulau Wawoinii saat ini kondisi sedang aman dan kondusif, ia berharap semua provokasi berkaitan aksi demo di Wawonii tidak dibesar-besarkan.
“Jangan memprovokasi masyarakat untuk berbuat onar. Kami menduga bahwa rangkaian kejadian tersebut di atas adalah rekayasa yang sengaja dibuat dan dipersiapkan dengan matang oleh beberapa orang yang dengan sengaja terus ingin mengganggu dan mengacaukan investasi di Pulau Wawonii, dengan cara memprovokasi warga dengan membuat berita-berita framing agar diviralkan yang makin hari makin terbaca polanya oleh kami. Padahal pulau Wawonii yang kami cintai saat ini masih aman-aman saja,” kata Taslim.
Taslim juga menyebutkan, persoalan putusan PTUN terhadap PT. GKP, dia meminta kepada seluruh kalangan masyarakat untuk bisa menahan diri dan menghormati proses hukum, terkait putusan PTUN dan Mahkamah Agung (MA) soal PT. GKP.
“Jangan kita membuat persepsi hukum yang membuat resah dan bingung masyarakat, disaat ekonomi mulai berkembang dan kehidupan masyarakat di Pulau Wawonii semakin sejahtera. Kita mohon semua pihak bisa menahan diri dan beri kesempatan PT. GKP di Pulau Wawonii untuk melakukan proses hukum banding sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-Undang,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, sekelompok warga menggelar aksi unjuk rasa di lokasi PT. GKP, Kabupaten Konkep, pada Kamis (9/3/2023). Dalam aksi tersebut, warga melakukan pembakaran ban sambil berorasi menyampaikan protes terhadap PT. GKP. Terlihat beberapa warga ada yang membawa senjata tajam (Sajam) dalam aksi tersebut.
Situasi sempat memanas, saat salah seorang Humas PT. GKP dikejar massa dan nyaris dianiaya. Beruntung berhasil diselamatkan oleh karyawan perusahaan lainnya yang berada di lokasi. Namun aksi unjuk rasa tersebut tidak berlangsung lama. Warga kemudian membubarkan diri meninggal lokasi usai menggelar aksinya.